Selasa, 25 Oktober 2011

MEMAHAMI HAKEKAT GLOBALISASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Globalisasi 
Globalisasi adalah mengenai pembukaan pasar seluas-luasnya di seluruh dunia melalui berbagai instrumen. Globalisasi diartikan juga sebagai pasar yang meng-global, atau kapitalisme global (secara kuantitatif telah membesar secara luar biasa). Jadi arti kata global mengandung arti lingkupnya yang kompak, terintegrasi dan menyatu; menggantikan nasional dan regional. Globalisasi, menurut Stiglitz (2003), merupakan interdependensi yang tidak simetris antar negara, lembaga dan aktornya. Karena itu interdependensi antar Negara yang seperti itu lebih menguntungkan negara yang memiliki keunggulan ekonomi dan teknologi. Globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Globalisasi lahir dari doktrin neo-liberal yang dipelopori oleh Friedrich von Hayek (1899-1992) yang bisa disebut sebagai Bapak Neo-Liberal. Globalisasi sangat mempengaruhi kehidupan dan bahwa kenyataannya kehidupan berubah begitu cepat menunjukkan bahwa orang-orang yang fleksibel dan mudah beradaptasi merupakan kebutuhan dalam era globalisasi. Ekonomi, dengan integrasi ekonomi global, modal, tenaga kerja dan barang-barang sekarang bergerak jauh lebih cepat melintasi batas-batas nasional, melepaskan banyak kompetisi internasional. Globalisasi tidak hanya membuka kesempatan bagi lulusan untuk memasuki pasar global, tetapi juga mengundang ancaman pada tenaga kerja yang lebih profesional dari negara lain. Arus bebas modal, orang dan barang-barang mudah di akses ke informasi dan komunikasi modern perangkat yang mungkin membawa demokratis dan nilai-nilai egaliter, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia dan mengubah pengertian tentang kewarganegaraan dan nasionalisme. Sosial, globalisasi juga dapat mengubah struktur sosial dari sosialis ke kapitalis atau dari masyarakat kepada individu. Dampak sosial juga dapat menguntungkan jika individualisasi memberikan pengertian tentang kebebasan, berinisiatif, kreativitas dan sebagainya.

B. Reformasi Pendidikan

Reformasi pendidikan dimulai dari Sekolah Menengah Eastwood yang berada dikota Madisonville di Amerika Serikat, merupakan sekolah menengah yang diarahkan dalam melakukan pembaharuan dunia pendidikan dan terjadi secara cepat, dimana setiap minggunya sekolah ini harus selalu membawa dimensi-dimensi baru dalam perubahan kearah yang lebih baik lagi. Selama dua tahun telah terjadi perubahan yang sangat cepat terlebih lagi dalam hal inovasi pengembangan kurikulumnya yaitu penilaian inti kurikulum, dasar pengambilan keputusan, ujian alternatif, evaluasi kinerja, penelitian dasar dalam pengajaran, teknologi bidang pendidikan, dan penghargaan terhadap nilai. Sekolah menengah Eastwood memberikan gambaran reformasi pendidikan dengan melakukan perubahan kurikulum disekolah. Istilah reformasi sering dipersamakan dengan revolusi. Dalam beberapa hal bisa sama seperti adanya perubahan secara besar-besaran. Namun kunci pokok yang membedakan reformasi dengan revolusi adalah tidak adanya kekerasan dalam mengubah system dan tatanan yang sudah ada. Jadi reformasi dijalankan secara lebih sistematis, terprogram, manusiawi dan gentle (Nurkolis, 2003:32). Menurut Tilaar (1999:16) reformasi berarti perubahan dengan melihat keperluan masa depan, menekan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan penyimpangan-penyimpangan dengan praktik yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan yang menyeluruh dari suatu system kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, hukum, sosial, dan tentu saja bisa diterapkan dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa beberapa karakteristik reformasi dalam bidang tertentu, yaitu adanya keadaan yang tidak memuaskan pada masa lalu, keinginan untuk memperbaiki pada masa yang akan datang, adanya perubahan besar-besaran, adanya orang yang melakukan reformasi, adanya pemikiran atau ide-ide baru, adanya system dalam suatu institusi tertentu baik dalam skala kecil seperti sekolah ataupun skala besar seperti negara. Reformasi pendidikan tejadi dalam dua arah. Pertama struktur pendidikan yang sudah kuno, hal ini disebabkan oleh interpretasi sosial dan mungkin pula filsafat pendidikan yang cocok bagi masyarakat yang cukup statis dan hirarkis pada waktu itu telah hancur. Kedua penekanan jumlah peserta didik sehingga teknik dan cara mengajar juga harus diperbaharui agar tercapai tujuan pendidikan. Reformasi pendidikan merupakan gerakan yang modern dan hal ini berasal dari jaman Rousseau yang tersebar diseluruh Amerika Serikat dan menekankan pada kebebasan dan kemauan belajar, yang dibangun atas pandangan dasar akan sifat manusia. Jadi dalam masyarakat yang berpendangan Liberal mennyatakan hendaknya pendidikan tidak menekankan pada perbedaan-perbedaan sosial dan kecerdasan. Maka dalam menghadapi era globalisasi Indonesia membuat reformasi pendidikan kedalam empat aspek sasaran pembangunan yaitu: 1. Pembangunan pendidikan harus dapat menjamin kesempatan belajar bagi warga masyarakat secara keseluruhan. 2. Pembangunan pendidikan harus memiliki relevansi yaitu proses pendidikan yang dilakukan dan lulusannnya harus dapat memenuhi kebutuhan industri. 3. Pembangunan pendidikan harus diarahkan pada mutu pengjaran dan lulusan. Pengembangan mutu akan bergantung pada efektivitas belajar mengajardan sumber daya pendidikan seperti guru yang bermutu, dana memadai, fasilitas dan infrakstruktur yang memadai pula. 4. Pembangunan pendidikan harus mengarah pada terciptanya efisiensi pengelolaan pendidikan, da nhal ini akan tercapai bila tujuan pendidikan tercapai.

C. Hakekat Globalisasi Dalam Dunia Pendidikan

Dalam era globalisasi pendidikan, dengan perspektif ekonomi secara nyata beralih fungsi menjadi mesin pencetak tenaga kerja baik pada skala lokal, nasional, dan Internasional. Pendidikan perspektif ekonomi akan melahirkan SDM-SDM yang berorientasi individualis (untuk eksistensi diri dalam kehidupan), materialis (kepuasan menikmati materi) dan liberalis (menganut kebebasan dalam berperilaku, berpendapat, kepemilikan dan berkeyakinan). Jadi pendidikan adalah sektor publik yang sangat penting pada hampir semua Negara. Paling tidak hal ini dapat dilihat dari besarnya anggaran belanja yang harus dialokasikan untuk sector pendidikan oleh Negara tersebut (Effendy,1997:38). Menurut Sihombing dan Indardjo (2003:4-5), pendidikan sebagai barang public (public goods) mengandung arti bahwa pendidikan secara keseluruhan bukan merupakan kebutuhan perorangan atau individu saja, melainkan merupakan kebutuhan bersama dari seluruh komponen yang ada dalam suatu Negara sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan pendidikan (secara keseluruhan) seharusnya ditanggung dan menjadi tanggungan Negara sebagaimana sector public lainnya. Menurut Kua Kia Soong dalam era globalisasi informasi dan pengetahuan, pendidikan membutuhkan penyelidikan yang lebih dalam lagi memaknai arti sebuah pengetahuan. Dunia pendidikan selalu berfokus pada menghasilkan output yang professional, yang ahli didalam bidangnya dan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan sosial. Disamping itu dalam era globalisasi pendidikan lebih diarahkan kepada perkembangan seni dan budaya seperti: musik, tari-tarian, drama, dan kesenian visual, serta pada perkembangan pada pengetahuan tentang alam yang lebih dalam lagi untuk membentuk imajinasi dan kreativitas pelajar. Sedangkan menurut Simanjuntak (1992), pada hakekatnya dalam era globalisasi suatu komoditas dikatakan memiliki daya saing manakala memiliki harga jual yang bersaing dan mutunya baik, dimana daya saing merupakan suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang cukup rendah, sehingga pada harga-harga yang terjadi dipasar Internasional dapat diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh harga laba yang mencukupi sehingga dapat mempertahankan kelanjutan biaya produksinya. Dalam hal ini bagaimana kemampuan para penyelenggara pendidikan dalam menyelenggarakan proses pendidikannya disuatu sekolah, dengan mutu yang baik dan biaya yang tidak mahal, sehingga menjadi pilihan masyarakat. Menurut professor Howard Gardner seorang ahli psikologi Penddikan pada abad 21 merupakan pengembangan intelegensi. Professor Howard Gardner menggambarkan bahwa intelegensi didalam problem-solving dalam satu fakta dan kebudayaan berdasarkan teori multi dimensi dan menyatakan juga bahwa bangsa yang cerdas adalah bangsa yang dapat melihat dengan jelas kenyataan dan yang mengidentifikasi jalannya pembelajaran dan dapat menggambarkan secara jelas kemampuan intelegensi bangsanya. Professor Howard Gardner mengakategorikan tujuh hal yang termasuk kedalam intelegensi yaitu: Verbal, Logical-Mathematical, Visual-Spatial, Bodily-Kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal Intelligences. Dalam era globalisasi seorang guru dituntut harus memililiki kualifikasi sebagai pendidik dan pengajar, dimana guru merupakan komponen utama dalam pelaksanaan dan proses pendidikan. Perubahan sistem pelaksanaan pendidikan, dan adanya tantangan-tantangan (baik lokal, regional, dan internasional) menghendaki adanya kriteria guru yang memiliki kualiltas yang sesuai dengan kebutuhan dalam memfasilitasi siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya. Untuk memiliki kualitas tersebut, guru harus melewati proses pendidikan yang bermutu dan memenuhi standar dengan mengacu pada jalr pendidikan profesi (Azis Mahfuddin; 17).

D. Implikasi Globalisasi Untuk Pendidikan 

Pasca-ekonomi industri, masyarakat dan perusahaan lebih mengandalkan universitas untuk pelatihan dan penelitian dan pengembangan karena ekonomi dan sosial yang cepat perubahan, yang akan memberikan keterampilan pekerja dan kompetensi. Realitas perubahan yang dilahirkan oleh globalisasi adalah mengharuskan universitas tanggap terhadap perubahan-perubahan yang tejadi begitu cepat. Menurut Tye (1992) Globalisasi Pendidikan melibatkan: 1. Studi tentang masalah-masalah yang melintasi batas-batas nasional, dan keterkaitan antara sistem yang terlibat dalam ekonomi, lingkungan, budaya, politik dan teknologi. 2. Budidaya pemahaman lintas-budaya, yang mencakup pengembangan keahlian yang mampu melihat kehidupan dari sudut pandang orang lain. 3. Pendekatan guru yang berpusat pada siswa dalam mengajar dan mengeksposnya untuk berbagai macam teknik mengajar dan kegiatan belajar (tidak hanya ceramah) dan ke berbagai sumber informasi (tidak hanya buku pelajaran). 4. Tugas guru yang memberikan pembelaran terhadap cara belajar siswa secara mandiri, bagaimana siswa dapat melihat dunia dari berbagai perspektif, dan bagaimana siswa menerapkan pengetahuan mereka untuk masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kunci dari pendidikan global adalah perspektif global (Tye 1992, Kasus 1993, Begler 1993 melalui Ibrahim 2001) pengembangan dan promosi global merupakan perspektif yang sangat penting. Hal ini di identifikasi kedalam dua dimensi perspektif global yaitu 'Substantif' dan 'Persepsi'. Dimensi Substantif terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fitur dunia dan bagaimana cara kerjanya yang berisi lima unsure antaralain: universal dan nilai-nilai budaya dan praktek-praktek, interkoneksi global, keprihatinan dunia sekarang dan kondisi, asal-usul dan pola-pola masa lalu isu-isu global, dan alternatif yang mengarah pada masa depan global. Dimensi Persepsi mengacu pada berbagai intelektual nilai-nilai, kecenderungan, dan sikap yang memberikan sudut pandang dari mana substantif domain atau konten global dirasakan, Case mengidentifikasi lima unsur pokok dimensi persepsi yaitu: open-minded, antisipasi kompleksitas, perlawanan terhadap stereotip, kecenderungan untuk berempati dan non-chauvinisme (Nirmana, Juli 2002: 99-105). E. Manifestasi Globalisasi Pendidikan Salah satu manifestasi globalisasi pendidikan tinggi adalah berkembangnya pasar pendidikan tinggi tanpa batas (borderless higher education market). Keterbatasan dana yang dialami oleh negara-negara berkembang, peningkatan permintaan akan pendidikan tinggi bermutu, serta kemajuan teknologi informasi merupakan tiga faktor yang mendorong pertumbuhan “borderless” market dalam pendidikan tinggi. Perguruan tinggi di Negara-negara maju, terutama Ameriuka Serikat, Inggeris dan Australia amat agresif memanfaatkan “the new emergiung market” dengan meningkatkan penyediaan layanan pendidikan tinggi, tidak sepenuhnya dengan motif filantropis, tetapi dilandasi pertimbangan for-profit dengan menerima sebanyak mungkin mahasiswa luar negeri yang membayar penuh biaya pendidikannya, mendirikan kampus-kampus cabang di negara lain, waralaba pendidikan atau kesepakatan twinning dengan perguruan tinggi lokal, menyediakan pendidikan jarak jauh atau e-learning. WTO mempromosikan jasa pendidikan yang telah diidentifikasi kedalam empat mode penyediaan jasa pendidikan yaitu: 1. Cross-border supply, institusi pendidikan tinggi luar negeri menawarkan kuliah-kuliah melalui internet dan on-line degree program disebut Mode1. 2. Consumption abroad, adalah bentuk penyediaan jasa pendidikan tinggi yang paling dominan, mahasiswa belajar di perguruan tinggi luar negeri disebut Mode 2. 3. Commercial presence, atau kehadiran perguruan tinggi luar negeri dengan membentuk partnership, subsidiary, twinning arrangement dengan perguruan tinggi local disebut Mode 3. 4. Presence of natural persons, dosen atau pengajar asing mengajar pada lembaga pendidikan local disebut Mode 4. Liberalisasi pendidikan tinggi menuju globalisasi dalam bentuk jasa yang dipromosikan oleh WTO adalah untuk mendorong agar pemerintah negara-negara anggota tidak menghambat empat mode penyediaan jasa tersebut dengan kebijakan-kebijakan intervensionis. Jasa yang dipromosikan oleh WTO adalah untuk mendorong agar pemerintah negara-negara anggota tidak menghambat empat mode penyediaan jasa tersebut dengan kebijakan-kebijakan intervensionis. Globalisasi pendidikan telah memberikan Paradigma baru dalam hal proses pembelajaran, yaitu: • Guru memberikan beberapa arahan kepada badan-badan pengetahuan, tetapi tempat yang lebih besar penekanannya pada aplikasi. • Kelompok belajar merupakan hak istimewa selama belajar individual. • Penekanan pada keragaman perspektif yang dapat dibawa untuk memecahkan masalah, daripada identifikasi satu pendekatan yang benar atau terbaik. • Non-metode kognitif ekspresi didorong untuk merangsang kreativitas dalam solusi dari pemecahan masalah, dan untuk memfasilitasi komunikasi. • Jenis dan belajar mengajar menekankan konstruksi pengetahuan melalui tindakan atas penemuan fakta yang ada. Tujuan mendefinisikan nilai pengetahuan, dan subjektivitas menjadi sama pentingnya dengan objektivitas. F. Starategi Menghadapi Globalisasi Pendidikan Globalisasi atau liberalisasi pendidikan tinggi yang sedang terjadi melalui jalur pasar bebas memang harus dihadapi dengan sangat hati-hati oleh Negara-negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Implikasi jangka panjang dari globalisasi pendidikan tinggi tersebut belum sepenuhnya dapat di prakirakan, dan karena itu kebijakan-kebijakan antisipatif perlu dirancang dengan secermat mungkin agar globalsasi tersebut jangan sampai menghancurkan sector pendidikan tinggi seperti yang terjadi dengan globalisasi sektor pertanian. Agar dampak seperti itu tidak terjadi, negara berkembang perlu merumuskan strategi yang paling tepat sebagai berikut: 1. Bekerjsama dengan berbagai konsorsium universitas-universitas di Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropah, India, dan Jaringan Universitas ASEAN. 2. Dalam menyikapi globalisasi dan liberalisasi pendidikan tinggi, baik pemerintah maupun masyarakat harus mengambil sikap terbuka dan positif. 3. Meningkatkan system akreditisasi nasional menjadi sistem akreditisasi regional dengan memanfaatkan jaringan perguruan tinggi regional, Asean University Network (AUN) dan Association of Southeast Asian Institute of Higher Learning (ASAIHL) untuk mengembangkan system akreditisasi regional. 4. Melakukan pendekatan jaminan mutu dan akreditisasi sesuai standar internasional. UGM merupakan salah satu PTN yang secara serius mengembangkan program jaminan mutu dan menerapkan siklus penuh jaminan mutu. Kegiatan tersebut perlu dilanjutkan dengan program akreditisasi internasional terhadap program studi dan unit penyelenggara kegiatan pendidikan tinggi seperti jurusan dan bagian. Untuk itu pelaksanaan liberalisasi jasa pendidikan tinggi dan sub-sektor pendidikan lainnya haruslah dilakukan dengan secara bertahap dan dengan memperhitungkan kesiapan nasional kita untuk mengembangkan hubungan yang simetris dengan lembaga pendidikan tinggi negara lain. Tanpa kesiapan nasional tersebut, dikhawatirkan sector pendidikan kita akan menjadi korban dari habungan assimetris atau persaingan yang tidak seimbang dengan penyedia layanan pendidikan dari Negara lain. Dalam menghadapi era globalisasi sekolah-sekolah harus dapat memberikan pendidikan yang membuat siswa memahami dunia ini dengan baik, setidak-tidaknya sekolah memberikan wawasan global serta kesadaraan global yang baik disamping wawasan serta kesadaran nasional. Ada empat wawasan dalam era globalisasi yang tak dapat dipisahkan yaitu: wawasan lokal, nasional, regional, dan internasional (global). Karena ada hal-hal tertentu yang dapat diselesaikan dengan baik kalau kita hadapi secara regional bersama bangsa-bangsa lain dikawasan bersama kita, dan ada juga masalah-masalah yang bersifat global yang dapat diselesaikan dengan baik apabila antara bangsa-bangsa didunia ini benar-benar terdapat kerjasama yang baik. Kemudian dalam pendekatannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Memberikan tugas kepada siswa yang menimbulkan keempat wawasan dengan membuat masalah pendidikan menuju globalisasi menjadi suatu masalah yang tak asing lagi baik bagi siswa maupun bagi guru. 2. Menata keempat jenis wawasan secara konsentris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar