Kamis, 20 Oktober 2011

Contoh Anotasi

Evaluasi Kurikulum Model Stake'
 
1. Woods. J. (1988). Curriculum Evaluation Models : Practical Applications For Teachers. Australia: Australian Journal of Teacher Education Vol.13.

Artikel ini menjelaskan bahwa kekuatan model Countenance Stake adalah cara dan tindakan yang dilakukan dalam mengevaluasi sangat pasti, serta antara standart dan judgment dapat diamati secara bersamaan. Model Countenance Stake dikatakan bahwa titik awalnya dalam menentukan “intens” yang dijelaskan dalam Antecedents, Transactions, dan Outcomes. Dimana, Antecendent terkait dengan kondisi sebelum dimulainya kurikulum yang termasuk latarbelakang siswa dan guru. Transaksi merupakan prosedur dan peristiwa yang diharapkan akan terjadi didalam kelas. Sedangkan Outcome merupakan prestasi siswa. Dalam melakukan evaluasi model Countenance Stake sebelum melakukan pengumpulan data, maka para evaluator harus bertemu terlebih dahulu untuk membuat kerangka acuan yang berhubungan dengan Antecedents, Transactions, dan Outcomes. Hal tersebut dilakukan tidak hanya untuk memperjelas tujuan evaluasi tetapi juga untuk melihat apakah model Countenance Stake konsisten terhadap transactions yang dimaksud dengan antecendent dan outcome. Dengan cara yang sama, standar yang akan digunakan untuk melihat kesesuaian kurikulum juga didiskusikan dan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, kuesioner, maupun tes psikomotorik.

2. David & Rennie. (1993). Implementing Technology in the School Curriculum: A Case Study Involving Six Secondary Schools. Australia: Journal of Technology Education, Vol. 5, No. 1.

Artikel ini merupakan penelitian dari kedua penulis yang melakukan evaluasi dengan menggunakan model Countenance Stake terhadap enam sekolah yang telah diberikan dana oleh pemerintah dalam mengembangkan teknologi pendidikan yang dinyatakan sebagai sekolah teknologi pada tahun 1988 dan 1989. Model Countenance Stake yang dilakukan bertujuan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program sekolah berdasarkan kesesuaian tujuan dari program dan pengamatan terhadap implementasi di sekolah. Efektivitas proses pelaksanaan evaluasi dalam segi: kurikulum yang dimaksud dalam silabus dan metode mengajar; kurikulum yang diterapkan oleh masing-masing sekolah; ketercapaian kurikulum. Penekanan model Countenance Stake merupakan deskripsi dari program masing-masing sekolah dalam konteks Antecedent, Transaction, dan bukan pada hasil siswa.

3. Kadarko, W. (2002). Relevansi Kompetensi Berbahasa Inggris Dengan Kompetensi Yang Dibutuhkan Dunia Kerja: Sebuah Penelitian Sosial Terhadap Kelompok Lulusan Smu Produk Kurikulum 1994 Di Denpasar – Bali. Bali: Jurnal Pendidikan Vol:3, No:1.

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang melakukan evaluasi dengan menggunakan model Countenance Stake dengan tujuan evaluasi untuk melihat relevansi antara kurikulum dengan materi pengajaran yang dibutuhkan siswa sehingga siswa mampu menguasai keterampilan bahasa yaitu membaca, mendengar, berbicara, dan menulis dalam bahasa Inggris khususnya dalam kaitannya dengan misi kepariwisataan masyarakat Bali. Oleh karena itu, model Countenance Stake digunakan untuk menngidentifikasi tingkat relevansi. Dalam penelitian ini focus yang digunakan dengan model Countenance Stake hanya Transaction dan Outcomenya saja, sedangkan Antecedentnya tidak dievaluasi. Jadi yang mau dievaluasi adalah kesesuaian proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa antara kurikulum SMA 1994 dengan misi kepariwisataan propinsi Bali. Dari hasil evaluasi menyatakan bahwa kurikulum di Bali tidak disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan masyarkat, padahal seharusnya kurikulum di kembangkan berdasarkan kebutuhan masyarakat dari daerah tersebut.

4. Delfy, R dan Wahyuni, K. (2007). Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Di Kelas. Jurnal Pendidikan, Volume 8, Nomor 2, September 2007, 110-116.

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang melakukan evaluasi terhadap kemampuan guru dalam mengajar yaitu yaitu (1) pengembangan strategi pembelajaran, (2) pengembangan alat dan bahan ajar serta memanfaatkan media dan sumber belajar, (3) pengembangan alat evaluasi hasil belajar, (4) penyusunan rencana pembelajaran, (5) penciptaan proses belajar yang optimal, (6) peragaan kerja pembelajaran, (7) penilaian proses dan hasil pembelajaran, (8) pengajaran secara profesional, dan (9) penguasaan bidang studi yang diajarkan. Metodologi evaluasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan model Countenance Stake yaitu model evaluasi yang berorientasi pada sebuah kegiatan daripada tujuan. Jadi, informasi tentang kegiatan progam (pembelajaran), karakteristik, dan hasil pelaksanaan program yang akan digunakan sebagai bahan membuat penilaian (Judgement) yang selanjutnya merupakan bahan acuan bagi pembuat keputusan melakukan modifikasi atau perbaikan sebuah program. Berdasarkan hasil evaluasi dari Sembilan hal yang dievaluasi hanya ada empat saja kemampuan guru yang didemonstrasikan dengan baik yaitu pengembangan alat evaluasi belajar, penyusunan RPP, penciptaan proses belajar yang optimal, serta penilaian proses dan hasil pembelajaran.

5. Muliati. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda: Suatu Penelitian Evaluatif Berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda Pada Sebuah SMK Di Sulawesi Selatan. Jakarta: UNJ (Doktor).

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang melakukan evaluasi yang yang mencakup persoalan esensial yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan Program Sistem Ganda (PSG) pada SMK. Metodologi yang dilakukan dengan menggunakan model Countenance Stake’s. Model Countenance Stake’s mengidentifikasi 3 (tiga) tahap dari evaluasi program pendidikan dan factor yang mempengaruhinya yaitu antecedents, transactions, dan outcomes. Tahapan Antecedents merupakan tahap sebelum program diimplementasikan yaitu kondisi atau kejadian yang ada sebelum implementasi program dan pengaruhnya terhadap program. Tahapan Transactions merupakan tahap pelaksanaan program yaitu kondisi yang terjadi selama program dan melihat apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan rencana program. Tahapan Outcome merupakan akibat implementasi pada akhir program yaitu kesesuaian hasil program yang dilaksanakan dengan yang diharapkan. Setiap tahapan tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu descriptons (deskripsi) dan Judgement (penilaian). Jadi, dengan menggunakan model Countenance Stake’s tergambarlah pelaksanaan program PSG secara mendalam dan detail.

6. Hasan, S.H. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. 265 Halaman.

Secara garis besar buku ini mengkaji tentang evaluasi kurikulum. Menurut penulis evaluasi kurikulum merupakan suatu aktifitas ilmiah yang memiliki keterkaitan erat dengan proses pengembangan kurikulum. Jadi, evaluasi kurikulum tanpa kurikulum tidak punya arti dan sebaliknya kurikulum tanpa evaluasi tidak akan berhasil dengan maksimal. Buku ini terdiri daari 9 Bab, yang dimulai dengan delineasi bidang evaluasi kurikulum; defenisi, tujuan dan fungsi evaluasi kurikulum; landasan evaluasi kurikulum; kriteria evaluasi kurikulum; ruang lingkup evaluasi kurikulum; jenis evaluasi kurikulum; prosedur evaluasi kurikulum; model-model evaluasi kurikulum dan terakhir standar dalam pelaksanaan evaluasi kurikulum. Pada Bab 8 membahas tentang model-model evaluasi kurikulum dan salah satu model yang dibahasa adalah model Countenance Stake’s. model ini merupakan model yang pertama kali dikembangkan oleh Stake yang disesuaikan dengan judul artikel yang ditulis yaitu “Countenance”. Stake mengemukakan bahwa keseluruhan kegiatan evaluasi harus dilakukan dan cara yang diinginkan bagaimana evaluasi tersebut dilakukan. Model Countenance Stake’s terdiri dari dua matriks yaitu matriks deskripsi dan matriks pertimbangan. Setiap matriks terdiri atas dua kategori dan tiga bagian. Matriks deskripsi terdiri atas kategori rencana (intens) dan observasi. Matriks pertimbangan terdiri atas kategori standard an pertimbangan. Pada setiap kategori terdapat tiga focus penting yaitu Antecedents (keadaan sebelum), Transaksi (proses), dan Hasil (kemampuan yang diperoleh peserta didik).

7. Mohiuddin, S. (2008). An Evaluation Study of Early Childhood Education (ECE). Pakistan: Hamdard University. (Thesis).

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang bertujuan untuk mengevaluasi pendidikan usia dini lembaga pendidikan di Pakistan baik yang didesa maupun yang dikota dengan mengadaptasi model Countenance Stake untuk mendokumentasi dan melaporkan temuan dalam bentuk kualitatif. Evaluasi tersebut dilakukan dalam tiga tahapan yaitu Antecedents, Transactions, dan Outcomes. Pada tahapan Antecedent; Intendednya adalah tujuan pendidikan anak usia dini dan observasinya adalah bagaimana maksud dan harapan yang diterjemahkan kedalam silabus, program dan bahan ajar pendidikan anak usia dini. Tahapan Transactions; Intendednya adalah proses belajar mengajar yang dianggap efektif dalam pendidikan anak usia dini dan Observasinya adalah jenis kurikulum, isi, pengajaran dan implikasi metode pembelajaran pada pendidika anak usia dini. Tahapan Outcomes; Intendednya adalah hasil yang diharapkan dari kurikulum dan Observasinya adalah hasil yang dilakukan yang benar-benar berhasil.

8. Anas, A. (2009). Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Siswa SMK Program Keahlian Teknik Bangunan Di Kota Makasar. Makassar: Journal Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII, No. 2.

Artikel ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap salah satu program pendidikan SMK yang menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja professional. Jadi, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kesiapan sekolah menengah kejuruan dari segi siswa, sekolah dan industry tempat siswa melakukan praktek, mendeskripsikan pelaksanaan praktek kerja industry dan menggambarkan hasil pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model evaluasi Countenance Stake’s yang menekankan pada pengukuran pelaksanaan program dengan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan rentang kategori untuk mengukurnya. Kriteria dalam setiap tahapan antaralain adalah Tahapan Antecedent yaitu kesiapan dalam melakukan prakerin dari segi siswa, sekolah, dan industry. Tahapan Transactions yaitu aktivitas selama melakukan prakerin dari segi siswa, guru, dan instruktur. Tahapan Outcomes yaitu hasil dari setiap program studi keahlian teknik terkait dengan kelulusan siswa.

9. Nursa’ban, M. (2010). Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Geografi SMA Di Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Jurnal Cakrawala Pendidikan.

Artikel ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh penulis yang mengevaluasi penerapan kebijakan kurikulum tahun 2006 dan proses penilaian sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan model Countenance Stake’s untuk membandingkan antara proses penilaian yang berlangsung dalam pembelajaran di lapangan dengan proses penilaian seharusnya sebagai criteria untuk menentukan keberhasilan sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007. Standar evaluasi yang dilakukan berdasarkan distribusi frakuensi yang telah dikategorikan. Sedangkan kriterianya dalam setiap tahapan adalah tahap Masukan (anttecedents) yaitu pemahaman konsep pelaksanaan penilaian oleh guru yang sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 berdasarkan angket. Tahap Proses (transactions) yaitu pelaksanaan penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru berdasarkan observasi langsung dalam proses pembelajaran mengenai teknik, instrumen, mekanisme, dan proses penilaian oleh pendidik. Tahap Hasil (outcomes/output) yaitu hasil penilaian program pembelajaran berdasarkan angket dan obervasi.

10. Stake, R.E. (1967). The Countenance Of Educational Evaluation. (On-line). http://www.ed.uiuc.edu/circe/Publications/Countenance.pdf. (17 Desember 2010).

Artikel ini merupakan awal dari tulisan Stake dalam mengembangkan salah satu model evaluasi yang dikenal sebagai model Countenance Stake. Menurut Stake Evaluasi pendidikan ada yang bersifat informal dan formal. Evaluasi informal diakui dengan ketergantungan pada pengamatan kasual, tujuan implisit, norma intuitif dan judgement subyektif. Evaluasi formal diakui berhubungan dengan daftar, terstruktur teman sebaya, perbandingan dikendalikan, dan pengujian standar siswa. Oleh karena itu, dalam model Countenance Stake bukan hanya menjelaskan tentang apa yang harus diukur dan bagaimana cara mengukurnya. Jadi, model Countenance Stake lebih bersifat dinamis dan berorientasi pada kompleksitas pendidikan, salah satunya memberikan perhatian terhadap tujuan yang beragam dan penilaian dari praktisi.

11. Stake, R. (1990). This Week Citation Classic. (On-line). http://www.garfield.library.upenn.edu/classics1990/A1990CP63700001.pdf. (17 Desember 2010).

Artikel ini menjelaskan bagaimana Stake mengembangkan model Countenance Stake. Stake mengatakan bahwa evaluasi yang dilakukan oleh para ahli seperti Bloom bertujuan untuk menguji siswa, Jim Popham bertujuan untuk mengevaluasi perilaku, Don Campbell berorientasi pada eksperiment, Lee Cronbach bertujuan untuk membangun instruksional, Stufflebeam bertujuan untuk adminstrasi dan pengambilan keputusan, Michael Scriven bertujuan untuk layanan konsumen. Dari semua model evaluasi yang dilakukan para ahli tersebut, dinyatakan bahwa tidak didapatkan secara keseluruhan pesan yang tersirat dalam evaluasi. Padahal yang terpenting dalam melakukan evaluasi menurutu Stake adalah adanya variable deskriptif yaitu banyaknya option yang ada, ketergantungan desain yang membutuhkan yang berubah dengan seiring waktu yang berlalu dan waktu yang terlalu mudah dibentuk oleh keingintahuan dan bakat evaluator. Oleh karena itu Stake menuliskan “Countenance” sebagai diskusi akhir dari Champaign-Urbana yang menjadikan salah satu model dalam melakukan evaluasi program.

12. Howard, E. (2008). Participant-Oriented Approach: Stake’s Countenance. (on-line). http://www.fivehokies.com/Evaluation/Evaluation%20Approaches/Participant%20Oriented/Stakes%20Countenance%20Brief%20(Emily%20Howard).pdf. (17 Desember 2010).

Artikel ini mengkaji tentang desain dan evaluasi kebijakan dari model Countenance Stake’s yang menyatakan bahwa oritentasi model ini adalah tujuan dan pendekatan dalam program pendidikan. Karakteristik pendekatan nilai model Countenance Stake’s adalah penalaran induktif, keragaman data, apakah tidak mengikuti rencana standar, multiple record lebih dari sekedar realita sederhana. Kosakata yang terdapat dalam model Countenance Stake’s adalah Antecedents yaitu sebuah kondisi yang ada sebelum instruksi yang mungkin berhubungan dengan hasil (input, sumber, dll), contohnya: latar belakang guru; Transaction yaitu pertemuan dinamis yang merupakan proses instruksi (kegiatan, proses, dll), contohnya: interaksi guru dan siswa; dan Outcomes yaitu efek dari pengalaman pembelajaran (pengamatan dan hasil tenaga kerja), contohnya performance guru. Ada kelebihan dan kelemahan menggunakan model Countenance Stake’s antara lain adalah:
Kelebihannya yaitu dalam penilaiannya melihat kebutuhan program yang dilayani oleh evaluator, upaya untuk mendeskripsikan kompleksitas program sebagai realita yang mungkin terjadi, dan memiliki potensi besar untuk memperoleh wawaasan baru dan teori-teori tentang lapangan dan program yang akan di evaluasi. Sedangkan kelemahannya yaitu pendekatan yang dilakukan terlalu subjektif, terjadinya kemungkinan dalam meminimalkan pentingnya instrument pengumpulan data dan evaluasi kuantitatif, kemungkinan biaya yang terlalu besar dan padat karya.

13. Deepwell. F. (2002). Towards Capturing Complexity: An Interactive Framework For Institutional Evaluation. (On-line). http://www.ifets.info/journals/5_3/deepwell.html. (18 Desember 2010).

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan lingkungan belajar virtual (VLE) mengenai pembelajaran berbasis on-line. Dalam pelaksanaan evaluasinya ada tiga hal yang berbeda yaitu evaluasi yang digunakan untuk memantau perkembangan teknologi lebih lanjut dan untuk pengembangan pendidikan, menginformasikan pengambilan keputusan sekitar kebijakan dan praktek dalam hubungannya dengan pengajaran dan pembelajaran juga teknologi, memberikan kontribusi dalam membangun teknologi dalam proses belajar mengajar. Evaluasi yang dilakukan menggunakan model Countenance Stake, karena dalam model ini dikatakan bahwa matriks yang disarankan untuk data deskriptif dan judgement mampu mendukung program studi yang berkembang setiap saat. Jadi dengan menggunakan model Countenance Stake dapat menangkap kompleksitas suatu inovasi pendidikan atau perubahan dengan membandingkan hasil yang diharapkan dan diamati pada berbagai tingkat operasi.

14. Chen. HJ. et al. (2005). Evaluation of an Integrated Chemistry Laboratory Program with the Countenance Model. Barcelona. (On-line). http://science.gise.ntnu.edu.tw/profile/workshop/Evaluation%20of%20an%20Integrated%20Chemistry%20Laboratory%20Program%20with%20the%20Countenance%20Model.pdf. (18 Desember 2010).

Artikel ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh penulis yang bertujuan untuk melihat penilaian program laboratorium yang menggabungkan perspektif siswa, guru, administrator, dan orang-orang yang bekerja di dalam sekolah. Evaluasi dilakukan dalam rangka untuk melakukan komprehensif investigasi dari program laboratorium dengan membandingkan hasil integrated chemistry laboratory program (ICLP) dengan traditional chemistry laboratory program (TCLP). Model yang digunakan dalam mengevaluasi adalah model Countenance Stake dengan tiga tahapan yaitu Antecedents, Transactions, dan Outcomes. Pada tahap Antecedents yang dievaluasi adalah latar belakang siswa, latar belakang guru dan ketersediaan peralatan yang ada. Pada tahap Transactions yang dievaluasi adalah performance siswa dalam laboratorium, persiapan program dan pada tahap Outcome yang dievaluasi adalah hasil yang penelitian yang dilakukan dalam laboratorium.

15. Shepard, L. A. (1977). A Checklist For Evaluating Large-Scale Assessment Programs. (On-line).
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.119.1418&rep=rep1&type=pdf. (19 Desember 2010).

Artikel ini dijelaskan bahwa evaluasi model Countenance Stake tidak hanya memberikan informasi terhadap data yang dikumpulkan dan judged, tetapi juga mengusulkan kegiatan awal yang harus ditempati oleh evaluator sehingga akan ada kegiatan tambahan yang diperlukan untuk memulai dan mengakhiri evaluasi. Dalam menggunakan model Scriven atau Stake sama fokusnya pada pertimbangan. Hanya saja dalam model Countenance Stake tidak membuat identifikasi standar, tetapi fokusnya tentang program yang mencakup beberapa bagian unsure deskriptif yang tidak ada dalam kerangka lain dan mengecualikan pengkajian checklist dan ditempatkan di bagian persiapan. Dalam porsi indikator Stake berjalan lebih jauh dari scriven dalam mengusulkan efek yang dikaitkan dengan transaksi.

16. Kemble,V & Charles,P. (2010). Robert Stake: The Countenance of Evaluation and Responsive Evaluation. Department of Psychology, University of the Witwatersrand, Johannesburg. (On-line). http://wpeg.wits.ac.za. (7 Januari 2011).

Artikel ini menjelaskan bahwa model evaluasi Countenance Stake sangat berpengaruh dalam evaluasi program. Hal tersebut menunjukkan bahwa desain evaluasi dalam model Countenance Stake berfokus untuk menunjukkan apakah tujuan dari program tercapai atau tidak. Seperti yang dikatakan oleh Stake bahwa pendekatan formal untuk evaluasi tidak cukup karena mereka hanya melihat hasil dari program. Oleh karena itu, untuk memberikan evaluasi yang lebih luas dan lebih holistic dalam program pendidikan, maka desain evaluasi harus difokuskan lebih dari sekedar tentang apa yang diukur dan bagaimana mengukurnya. Hal ini berangkat dari pendekatan formal untuk evaluasi yang berfokus pada pengukuran hasil. Jadi, untuk memperluas desain evaluasi maka fokusnya pada antecedents, proses dari program serta hasilnya. Hal tersebut berimplikasi bahwa evaluator perlu memeriksa faktor-faktor lain yang telah menghasilkan hasil tersebut untuk membuat informasi mereka berguna bagi stakeholder.

17. Deepwell, F & Glynis. (2008). A Developmental Framework for Evaluating Institutional Change. (On-line). http://midwheb.core-ed.net. (7 Januari 2011).

Artikel ini menjelaskan bahwa kekuatan model Contenance Stake adalah di akomodasi dan penataan berbagai tingkat data. Dalam evaluasi yang dilakukan data yang dikumpulkan adalah campuran data kualitatif dan kuantitatif, formal dan informal, primer dan sekunder. Jadi, dalam model Countenance Stake semua data diolah sesuai dengan kategori melayani dalam matriks. Matriks menawarkan enam kotak untuk pengolahan data deskriptif dan menentukan hubungan yang dapat diharapkan antara mereka. Stake mendefinisikan tiga tingkatan dalam proses tersebut, yaitu antecedents (kondisi yang ada sebelum intervensi), Transaksi (pertemuan dan negosiasi dari intervensi itu sendiri) dan Hasil (outcome yang timbul selama intervensi). Dalam setiap tahap ada muncul tingkat kongruensi antara apa yang dimaksudkan pada tahap itu dan apa yang diamati. Demikian pula, beberapa antecedents yang diamati akan menimpa pada transaksi yang diamati dan keduanya dapat mempengaruhi hasil yang diamati. Singkatnya kegiatan evaluasi yang harus dilakukan penulis terdiri dari tiga tahap yaitu; Tahap awal, dalam tahap ini fokusnya adalah pada klarifikasi definisi keberhasilan. Tahap kedua, fase ini akan melibatkan mengklarifikasi strategi masa depan dan tujuan untuk masa depan. Tahap ketiga adalah fase formatif dan sumatif.

18. Hidayati, W. (2010). Analisis Kompetensi Pedagogik Dosen Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tariyah Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta. (On-line). http://wiji-hidayati.blogspot.com/2010_06_01_archive.html. (7 Januari 2011).

Menurut penulis dalam pendidikan tinggi dosen memiliki peran yang penting dan memegang kunci dalam pembelajaran, dan budaya paternalistic mahasiswa tergantung kepada gaya, cara, kebiasaan, kedisiplinan, kemampuan dan kompetensi dosen dalam proses pembelajaran sangat menentukan hasil dari proses pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, tujuan evaluasi yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui tingkat kompetensi pedagogic dosen. Model yang digunakan oleh penulis dalam melakukan evaluasi adalah model Countenance Stake dengan pendekatan kualitatif. Menurutu penulis model Countenance Stake’s penekanannya terhadap dua hal yaitu deskripsi (description) dan pertimbangan (judgements), serta dibedakan dengan tiga tahapan yaitu antesedent, transaction dan outcome. Dalam penyusunan pertimbangan, kriteria menggunakan pendekatan kriteria fidelity yaitu pendekatan dimana dalam menyusun kriteria dikembangkan dari karakteristik kompetensi pedagogic itu sendiri, kriteria fidelity digunakan untuk mengetahui kesesuaian kompetensi pedagogik dosen di jurusan.

19. Raheja, K.K. (1988). Evaluation Of A Nursing Education Program Using Stake's Countenance Evaluation Model. (On-line). http://openlibrary.org/books/OL17870961M/EVALUATION_OF_A_NURSING_EDUCATION_PROGRAM_USING_STAKE%27S_COUNTENANCE_EVALUATION_MODEL. (8 Januari 2011).

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang mengevaluasi program pendidikan keperawatan di Northwestern University dengan focus penelitian adalah kegiatan mahasiswa dikelas yang dilihat dari jurnal mahasiswa, pekerjaan tertulis, dan kuesioner. Modele evaluasi yang digunakan adalah Countenance Stake yang memiliki dua kegiatan utama yaitu deskripsi (description) dan penilaian (judgement). Pada Evaluasi Model ini, evaluator memberikan kerangka kerja konseptual untuk berpikir melalui proses evaluasi menyeluruh kreatif dan rasional. Deskriptif penelitian yang digunakan untuk menguji pertanyaan penelitian. Pengumpulan data dan analisis dilakukan berdasarkan matriks deskriptif dan keputusan. Perbandingan dilakukan dengan standar relatif dan mutlak. Selanjutnya, efektivitas model Stake dinilai dengan membandingkannya dengan Komite Bersama Standar.

20. Shepard, K. (2006). Methods for Educational Evaluation: Using Stake's Countenance Model of Evaluation. (On-Line). http://hedc.otago.ac.nz. (15 Januari 2011).

Artikel ini menjelaskan bahwa dalam melakukan evaluasi menggunakan model Countenance Stake ada dua hal yang utama yaitu Intentions dan Obeservations yang didalamnya terdapat tiga tahapan antaralain adalah Antecedents, Transactions, dan Outcomes. Intentions berhubungan kuat dalam hal “Prediksi” dan Observations berhubungan dalam hal “Hasil”. Pendekatan dengan mengunakan model Countenance Stake memungkinkan berbagai data yang akan di asimilasikan kedalam analisis.




1 komentar: